Rabu, 20 Januari 2010

Tak Sesuai




Luchu ngak sih,,Padahal jika kita lihat dari ciri-ciri tumbuhan paku gambar ini sama sekali tidak masuk,,,Tapi kita perlu tau bahwa ini juga termasuk jenis paku-pakuan,,,,

Kamis, 14 Januari 2010

Kesetimbangan Hardy -Weinderg

PENGUJIAN KESETIMBANGAN HARDY-WEINBERG


Tujuan : Mempelajari kesetimbangan Hardy-Weinberg dengan frekuensi alel dan gen.


PENDAHULUAN

Pada tahun 1908, ahli Matematika Inggris G.H. Hardy dan seorang ahli Fisika Jerman W. Weinberg secara terpisah mengembangkan model matematika yang dapat menerangkan proses pewarisan tanpa mengubah struktur genetika di dalam populasi. Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa jumlah frekuensi alel di dalam populasi akan tetap seperti frekuensi awal, dengan beberapa persyaratan yaitu: populasi sangat besar, kawin acak, tidak ada perubahan di dalam unggun gen akibat mutasi, tidak terjadi migrasi individu ke dalam dan ke luar populasi, dan tidak ada seleksi alam (semua genotip mempunyai kesempatan yang sama dalam keberhasilan reproduksi).

Hukum Hardy-Weinberg memberikan standar ideal untuk para ahli genetika untuk membandingkan populasi yang sebenarnya dan mendeteksi perubahan evolusi. Dua hal utama dalam hukum Hardy-Weinberg, yaitu (1) Jika tidak ada gangguan maka frekuensi alel yang berbeda dalam populasi akan cenderung tetap/tidak berubah sepanjang waktu. (2) Dengan tidak adanya faktor pengganggu, maka frekuensi genotipe juga tidak akan berubah setelah generasi I. Hukum ini dapat dilihat misalnya pada populasi siput (Gambar 1) yang dapat melakukan fertilisasi sendiri secara acak (langkah 1). Siput-siput ini memiliki sebagian gen-gen dominan untuk warna cangkang, misalnya biru, kuning, atau hijau. Dengan menganalisis perubahan frekuensi dari gen warna ini dengan persamaan Hardy-Weinberg maka kita akan dapat menentukan apakah populasi siput tersebut berkembang.

Masing-masing dari ke 5 siput tersebut bersifat diploid dengan 2 kopi gen pengendali warna. Satu alel dari gen (A) menyebabkan warna biru, 1 alel (a) menyebabkan warna kuning dan heterozigot (Aa) menyebabkan warna hijau. Pada unggun gen populasi ini ada 10 alel: 6 alel A dan untuk alel a. Jika simbol q menggambarkan peluang dari alel a, maka q = 4/10 atau 0,4. Karena jumlah alel A ditambah dengan alel a menggambarkan semua jumlah alel pada gen dalam populasi siput, maka 0,6 + 0,4 = 1 atau p + q = 1. Ini adalah persamaan unggun gen.

Untuk melihat apakah ada perubahan frekuensi alel atau terjadi evolusi, kita harus memeriksa apa yang terjadi ketika siput bereproduksi, berfikir bahwa alel-alel berpisah ketika sel telur dan sperma terbentuk. Frekuensi alel A dan a dalam ganet sama dengan populasi awal, A (6/10) dan a (4/10) L (langkah 2).

Apa yang terjadi pada frekuensi alel saat fertilisasi? Dengan mengasumsikan kawin acak, kita dapat menuliskan frekuensinya dalam kotak Punnet (langkah 3).

Kita menyebut p2 + 2 pq + q2 = 1 sebagai persamaan genotipe (langkah 4). Persamaan ini menyebutkan bahwa jumlah individu degan genotipe AA dan Aa serta aa ditambahkan ke dalam populasi awal yaitu = 1. Untuk menentukan apakah telah terjadi perubahan evolusi pada populasi siput, maka harus dilihat dari perubahan frekensi alel antar generasi. Jika 5 siput sebagai tetua generasi Go menghasilkan 100 siput pada generasi G1, maka kita bisa mengharapkan frekeensi genotipe dan menghasilkan jumlah genotipe yang ditunjukkan pada langkah 5, di luar faktor lain. (Oleh karena itu, persamaam genotipe memprediksi jumlah tiap-tiap 3 genotipe berbeda dalam populasi). Pada langkah 6 dapat dilihat frekuensi alel A = 120/200 atau 0,6 dan frekuensi alel a = 80/200 atau 0,4 yang sama dengan generasi awal (semula). Dari generasi ini frekuensi alel dan genotipe akan tetap sama.

Sebagai contoh pada masa revolusi industri di Inggris, kupu-kupu, Biston betularia berwarna terang diperkirakan lebih dari 90%, sedangkan yang berwarna gelap kurang dari 10%. Dengan menggunakan kesetimbangan Hardy-Weinberg, proporsi ini akan terpelihara pada setiap generasi (dengan syarat populasi besar, terjadi kawin acak tanpa perubahan laju mutasi dan migrasi) di dalam lingkungan yang stabil.

Hardy-Weinberg mengemukakan rumus untuk menghitung frekuensi alel dan genotip dalam populasi. Jika di dalam populasi terdapat dua alel pada lokus tunggal, alel dominan D dan alel resesif d, jika frekuensi alel dominan dilambangkan dengan p, dan frekuensi alel resesif dilambangkan dengan q maka p + q = 1. Pada reproduksi seksual, frekuensi setiap macam gamet sama dengan frekuensi alel dalam populasi. Jika gamet berpasangan secara acak, maka peluang frekuensi homozigot DD = p2, peluang frekuensi homozigot dd = q2, dan peluang heterozigot Dd = 2pq, maka p2 + 2pq + q2 = 1.

Dalam praktikum ini, sekantung manik-manik atau kelereng dianggap sebagai unggun gen di dalam populasi. Setiap manik-manik atau kelereng menggambarkan gamet tunggal dan dua warna menggambarkan alel yang berbeda di dalam gen dengan ketentuan dominan-resesif

KACANG TANAH (Arachis Hypogaea)


Nama Indonesia : Kacang tanah
Deskripsi : Terna tumbuh melata atau tegak, tinggi biasanya 15— 70 cm. Sistem akar merupakan akar tunggang yang telah berkembang dengan baik dengan banyak akar-akar lateral; tidak memiliki rambut akar, dan memiliki bintil akar pemiksasi nitrogen. Percabangan terdiri dari dua jenis yaitu dengan cabang vegetatif dan cabang reproduktif. Cabang vegetatif dicirikan dengan adanya daun sisik yang disebut katafil yang terdapat pada dua buku pertama pada cabang. Cabang vegetatif sekunder dan tertier dapat berkembang dari cabang vegetatif primer. Daun pada batang utama tersusun spiral, pada cabang vegetatif primer tersusun berseling, berdaun 4, dengan 2 pasang daun duduk berhadapan berbentuk membundar telur sungsang berukuran 3—7 cm x 2—3 cm; panjang tangkai daun 3—7 cm; terdapat bagian yang menggembung pada dasar tangkai daun dan pada dasar setiap daun hal ini merupakan ciri adanya pergerakan pada malam hari yaitu tangkai daun akan menggulung ke bawah dan daun akan menggulung ke atas sampai keduanya bersentuhan. Cabang perbungaan berbentuk tunggal pada katafil dan ketiak daun pada cabang vegetatif dan ada beberapa yang tumbuh pada buku teratas pada batang. Pada setiap perbungaan terdapat 2—5 bunga; Bunga duduk berwarna kuning muda hingga jingga kemerahan. Buah polong berbentuk silindris, berisi 1—6 biji. Setiap biji diliputi oleh selaput biji tipis berwarna antara putih hingga merah muda, mereh, ungu, coklat kemerahan dan sedikiNt kecoklatan. Setiap biji memiliki dua keping biji yang lebar, epokotil dengan daun dan tunas primordial, hipokotil dan akar primer.
Distribusi/Penyebaran : Pada abad ke 16, bangsa Portugis membawa kacang ini dari Brasil ke Afrika Barat. Pada waktu yang sama orang-orang Spanyol memperkenalkan kacang tanah dari Meksiko ke barat Pasifik yang kemudian tersebar ke Cina, Indonesia dan ke Madagascar. Pada pertengahan abad ke 17, Belanda juga diduga mengambil kacang tanah dari Brasil ke Indonesia. Kacang tanah tumbuh di negara-negara tropis, subtropis dan negara beriklim sedang antara garis lintang 40 °N and 40 °S. Kacang tanah merupakan tanaman yang sangat penting di daerah Afrika, Asia, Amerika Utara and Amerika Selatan. Di Asia, kacang tanah merupakan tanaman budidaya utama di negara India, Cina, Indonesia, Burma, Thailand dan Vietnam.
Habitat : Kacang tanah tumbuh antara garis lintang 40 ° N dan 40 ° S di lingkungan subtropis dan tropis yang hangat dengan cuaca lembab hangat dan panjang musim panas hangat yang cukup. Rata-rata temperatur harian yang optimum untuk pertumbuhan adalah sekitar 30 ° C, sedangkan pertumbuhan akan berhenti pada sekitar 15 ° C. Fenologi kacang tanah ditentukan terutama oleh temperatur, temperatur dingin akan menunda perbungaan. Pada lingkungan yang terkontrol, photoperiod menunjukkan mempengaruhi proporsi bunga yang memproduksi polong dan distribusi asimilasi antara struktur reproduktif dan vegetatif (index panenan) dalam beberapa kultivar. Umumnya fotoperiode yang panjang (lebih dari 14 jam) akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan fotoperiode yang pendek (kurang dari 10 jam) akan meningkatkan pertumbuhan reproduksi. Dengan pemberian air antara 500 dan 600 mm pada musim pertumbuhan akan memungkinkan produksi kacang tanah yang memuaskan. Meskipun demikian, kacang tanah adalah jenis yang dapat toleran pada kekeringan dan dapat bertahan dengan defisit air internal yang tinggi, walaupun akan menghasilkan pengurangan; Karena polong berkembang di bawah tanah dan harus disembuhkan pada saat panenan, tanah gembur berdrainasi baik lebih disukai, walaupun perkembangan dan pertumbuhan tumbuhan ini dapat tumbuh diatas lahan tanah liat yang lebih berat. Untuk pertumbuhan optimum, pH tanah harus di sekitar 5.5—6.5, walaupun jenis Spanyol akan lebih toleran pada kondisi yang lebih asam (hingga pH 4.5) dan beberapa cultivars akan tumbuh baik pada lahan bersifat alkali hingga pH 8.5.
Perbanyakan : Perbanyakan untuk tanaman komersil adalah dari biji. Idealnya penanaman semai harus dalam dan bebas gulma. Di beberapa negara-negara, biji secara rutin dilindungi dengan suatu fungisida untuk perlindungan dan ditaburkan bila dilakukan dengan penanaman mekanis. Gunpalan tanah dan penyemaian yang tidak seimbang, dan dikombinasikan dengan penanaman menggunakan tangan mengakibatkan kemunculan tidak seimbang dan hilangnya semai yang banyak. Di Asia Tenggara, Kacang tanah sebagian besar ditanam oleh para petani sebagai tanaman musim hujan atau di daerah dataran rendah sebagai tanaman kedua atau ketiga setelah padi dengan irigasi pengganti maupun sisa kelembaban. Tanaman ini ditanam tunggal dan juga diselingkan dengan jagung, kedelai dan singkong. Di beberapa area, kacang tanah tumbuh di bawah tanaman seperti kelapa, kelapa sawit atau karet. Populasi tanaman yang direkomendasikan adalah sekitar hampir 200 000—250 000 per ha untuk kultivar Spanyol. Dibandingkan dengan daerah Australia tropis direkomendasikan 100 000— 125 000 tanaman per ha. Pada kebanyakan negara penanaman berderet dengan jarak jarak berkisar antara 40 x 20 cm hingga 30 x 20 cm.
Manfaat tumbuhan : Sebagian terbesar dari hasil panen kacang di dunia digunakan untuk minyak. Sebagian besar minyak itu digunakan untuk memasak. Ampas setelah pengambilan minyak merupakan makanan ternak berprotein tinggi tetapi juga digunakan untuk menghasilkan tepung kacang tanah yang banyak digunakan untuk konsumsi manusia. Hasil panen di Burma sekitar 20% hasil panen di Indonesia, dan 30% hasil panen di Thailand, digunakan untuk membuat minyak. Sebagian besar hasil panen di kebanyakan negara-negara di Asia Tenggara digunakan untuk konsumsi manusia langsung. Biji dimakan mentah, direbus atau dipanggang, untuk pembuatan gula-gula dan makanan ringan, dan digunakan dalam sup atau menjadi kuah pada hidangan daging dan nasi. Residu panen vegetatif merupakan bagian makanan hewan yang baik. Kacang tanah merupakan bahan baku untuk membuat minyak goreng dan tidak menutupi kemungkinan untuk difermentasikan dan dibuat sebagai bahan baku bahan alternatif untuk biofuel. Di Indonesia kacang tanah bila dicampur dengan jamur tertentu dapat dibuat oncom.